Senin, 02 Mei 2011

Thyristor

Thyristor dikembangkan oleh Bell Laboratories tahun 1950-an dan mulai digunakan secara komersial oleh General Electric tahun 1960an. Thyristor atau SCR (Silicon Controlled Rectifier) termasuk dalam komponen elektronik yang banyak dipakai dalam aplikasi listrik industri, salah satu alasannya adalah memiliki kemampuan untuk bekerja dalam tegangan dan arus yang besar. Thyristor memiliki tiga kaki, yaitu Anoda, Katoda dan Gate. Juga dikenal ada dua jenis Thyristor dengan P-gate dan N-gate gambar-10.14
Gambar 10.14 : Bentuk Fisik & Simbol Thrystor

Fungsi Gate pada Thyristor menyerupai basis pada Transistor, dengan mengatur arus gate IG yang besarnya antara 1 mA sampai terbesar 100 mA, maka tegangan keluaran dari Anoda bisa diatur. Tegangan yang mampu diatur mulai dari 50 Volt sampai 5.000 Volt dan mampu mengatur arus 0,4 A sampai dengan 1500 A.
Karakteristik Thyristor memperlihatkan dua variabel, yaitu tegangan forward UF dan tegangan reverse UR, dan variabel arus forward IF dan arus reverse IR gambar-10.15. Pada tegangan forward UF, jika arus gate diatur dari 0 mA sampai diatas 50 mA, maka Thyristor akan cut-in dan mengalirkan arus forward IF. Tegangan reverse untuk Thyristor UR sekitar 600 Volt. Agar Thyristor tetap ON, maka ada arus yang tetap dipertahankan disebut arus holding IH sebesar 5 mA.
Gambar 10.15: Karakteristik Thrystor

Thyristor TIC 106 D sesuai dengan data sheet memiliki beberapa parameter penting, yaitu : tegangan gate-katode = 0,8 V, arus gate minimal 0,2 mA, agar Thyristor tetap posisi ON diperlukan arus holding = 5 mA. Tegangan kerja yang diijinkan pada Anoda = 400 V dan dapat mengalirkan arus nominal = 5 A.

Gambar 10.16: Nilai Batas Thrystor

Aplikasi Thyristor yang paling banyak adalah sebagai penyearah tegangan AC ke DC yang dapat diatur. Gambar-10.17 tampak empat Thyristor dalam hubungan jembatan yang dihubungkan dengan beban luar RL


Gambar 10.17: Fuse Sebagai Pengaman Thrystor


.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar